Bismillah

Bismillah

Thursday, December 07, 2006

Meringankan Beban Orang Lain

Setiap manusia akan merasakan ujian dari Allah SWT di masa hidupnya. Namun, sebagian merasakan bahwa apa yang menimpanya saat ini adalah beban yang berat untuk dipikulnya seorang diri. Padahal, di saat yang sama sebagian lain sedang dalam keadaan ujian kelapangan harta dan segala urusannya.
Jika mengacu pada tabiat kebanyakan manusia, maka mereka yang sedang dalam keadaan lapang biasanya lupa untuk membantu saudaranya yang sedang dalam kesulitan. Padahal, pahala bagi seorang beriman yang meringankan beban dan kesulitan saudaranya adalah sangat besar dan mulia di sisi Allah SWT. Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan mereka yang telah berkorban untuk membantu saudaranya.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, dari Abu Huraira RA, Nabi SAW bersabda, ''Barangsiapa melepaskan seorang Mukmin dari kesusahan hidup di dunia, niscaya Allah akan melepaskan kesulitan dari dirinya di hari kiamat. Barangsiapa memudahkan urusan (Mukmin) yang sulit, niscaya Allah akan memudahkan urusannya di dunia dan akhirat. Barang siapa menutup aib seorang Muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan senantiasa menolong seorang hamba selama hamba itu senantiasa menolong saudaranya.''
Allah SWT berfirman, ''Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.'' (QS Ali Imron [3]: 92).
Meringankan beban saudara yang lain merupakan salah satu sifat utama seorang hamba dalam mencintai saudaranya karena Allah. Seperti sifat kaum Anshor kepada kaum Muhajirin yang tercatat dalam Alquran. Allah SWT berfirman, ''Dan orang-orang yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung.'' (QS Al-Hasyr [59]: 9).
Selama tidak melanggar perintah dan larangan Allah, mengapakah kita perlu menghitung-hitung untung rugi jika membantu saudara kita yang lain? Bukankah keuntungan yang sebenarnya adalah ketika kita terhindar dari siksa api neraka dan masuk ke dalam surga Allah?

No comments: